Brebes, Inspira Talk – Di tengah tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks, sebuah inisiatif inspiratif hadir dari sudut Desa Jatibarang Kidul, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes.
Sekolah Perubahan Jatibarang, satu-satunya sekolah berbasis home schooling di wilayah ini, berdiri sebagai jawaban atas kebutuhan pendidikan yang lebih inklusif dan berdaya guna, khususnya bagi anak-anak yang selama ini termarjinalkan dari sistem pendidikan formal.
Didirikan oleh Agung Nugroho, M.Pd, yang juga merupakan Ketua Yayasan Bangun Berkah Sejahtera, sekolah ini lahir dari niat tulus untuk menghadirkan pendidikan bagi mereka yang tidak mampu secara ekonomi, memiliki catatan akademik rendah, atau bahkan pernah terputus sekolah.
Yayasan tersebut telah resmi terdaftar dengan SK Kemenkumham No. AHU-0006824.AH.01.04.TAHUN 2025, dan berfokus pada bidang sosial, keagamaan, serta kemanusiaan.
Mengusung slogan 5M: Mandiri, Maju, Meningkat, Mampu, dan Menang, Sekolah Perubahan menggabungkan pendekatan pendidikan alternatif dengan semangat pembinaan karakter.
Konsep home schooling yang diterapkan memungkinkan siswa tinggal dan belajar di rumah pendiri sekolah, lengkap dengan fasilitas dasar seperti makan, kamar tidur, dan keperluan sanitasi.
Baca Juga: Membangun Literasi Global Anak Lewat Bahasa Inggris
Lebih dari Sekadar Belajar di Kelas
Pembelajaran di Sekolah Perubahan tidak terbatas pada mata pelajaran umum seperti Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, Pendidikan Agama Islam, IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial), dan Ekonomi Kreatif.
Para siswa juga dibekali keterampilan praktis seperti penguasaan Microsoft Word, Excel, dan PowerPoint, sebagai bekal menghadapi dunia kerja yang menuntut literasi digital.
Namun lebih dari itu, sekolah ini juga menanamkan nilai-nilai kehidupan yang esensial. Lewat berbagai program seperti Talents Mapping, Human Independent Training, Leadership Training, hingga Religious Culture, sekolah ini berupaya membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tapi juga matang secara emosional, spiritual, dan sosial.
“Tujuan kami bukan hanya menciptakan lulusan yang cakap, tetapi juga manusia yang siap bersaing, mandiri secara finansial, dan berkontribusi positif untuk lingkungannya,” ujar Agung Nugroho.
Baca Juga : Bahasa Inggris Bukan “Ancaman” Untuk Bahasa Ibu
Menjawab Tantangan Zaman dengan Pendidikan Inklusif
Dalam sistem pendidikan nasional, dikenal tiga jenis pendidikan: formal (seperti SD, SMP, SMA), non-formal (seperti kejar paket dan pelatihan LPK), dan informal (seperti keluarga dan home schooling). Sekolah Perubahan hadir di ranah pendidikan informal, namun dengan pendekatan terstruktur dan strategis.
Melalui strategi pembelajaran yang kontekstual dan berorientasi pada bakat serta karakter, Sekolah Perubahan mendorong transformasi nyata dalam kehidupan siswa.
Fokus utama adalah membangun kemandirian, kedisiplinan, spiritualitas, dan tanggung jawab sosial – kualitas yang sangat dibutuhkan dalam dunia modern.
Harapan Baru untuk Brebes
Brebes selama ini masih menyandang status sebagai salah satu kabupaten dengan tantangan besar dalam pembangunan manusia.
Sekolah Perubahan hadir sebagai pionir yang ingin mengubah narasi tersebut – bahwa anak-anak Brebes bisa menjadi generasi yang unggul, jika diberi kesempatan dan pendekatan yang tepat.
“Semoga dengan hadirnya Sekolah Perubahan ini, kita bisa ikut menaikkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Brebes. Kami ingin menghapus label Brebes sebagai daerah tertinggal dan membuktikan bahwa dengan kolaborasi dan kepedulian, pendidikan yang unggul bisa lahir dari desa,” pungkas Rizki Saputro, S.Hum, salah satu penggagas. ***
(CY)