Inspira Talk – Siapa yang menyangka bahwa dua tim yang hampir tidak di prediksi akan bertemu di final Liga Champions musim ini? Inter Milan dan Paris Saint-Germain (PSG) akan saling jagal di partai puncak, sesuatu yang hanya di impikan oleh pendukung setia tim masing-masing.
PSG, meskipun memiliki skuad yang sangat bagus dalam beberapa musim terakhir, gagal mencapai final karena trio maut Neymar, Mbappe, dan Messi.
Dengan komposisi yang di anggap “lebih sederhana” dan bergantung pada talenta muda Doue, seorang pemuda berusia 19 tahun, mereka benar-benar memiliki kemampuan untuk maju.Perjalanan mereka pun diwarnai drama dan kejutan.
Lolos dari hadangan Liverpool yang di unggulkan di awal kompetisi dianggap sebagai keberuntungan semata. Bahkan, saat menghadapi Aston Villa di babak selanjutnya, mereka nyaris saja terpeleset dan keunggulan mereka terancam sirna.
Namun, mentalitas dan determinasi berbicara lain, mengantarkan mereka ke final yang tak terduga ini.Sebaliknya, kisah bawahan Inter Milan juga menarik.
Sejak mereka harus menghadapi Manchester City di babak grup, hampir tidak ada yang menjagokan Nerazzurri untuk maju jauh. Banyak orang percaya bahwa target klub musim ini hanyalah liga domestik kelas dua karena keadaan keuangan klub yang tidak stabil, yang bahkan di tambah dengan masalah penarikan pemain.
Selama beberapa waktu, istilah “Piala Ciki” di gunakan untuk menunjukkan bahwa mereka tidak memenuhi harapan di tingkat Eropa.
Simone Inzaghi dan anak asuhnya, bagaimanapun, membuktikan sebaliknya. Mereka menunjukkan kinerja yang kuat dan taktis di Liga Champions, seolah-olah mereka mencurahkan seluruh perhatian dan kekuatan mereka untuk kompetisi paling bergengsi di Eropa ini.
Pertemuan Inter dan PSG di final ini menjadi anomali yang menarik.
Dua tim yang datang tanpa label favorit, dengan narasi perjuangan dan kejutan masing-masing, akan beradu kekuatan untuk memperebutkan trofi Si Kuping Besar. PSG dengan semangat juang dan potensi kejutan dari pemain mudanya, akan di tantang oleh soliditas dan taktik cerdik Inter Milan yang tampil tanpa beban ekspektasi berlebih.
Final ini bukan hanya sekadar pertandingan, tetapi juga pembuktian bahwa dalam sepak bola, segala sesuatu bisa terjadi. Kejutan demi kejutan telah mengantarkan Inter Milan dan Paris Saint-Germain ke panggung impian.
Kini, Munchen akan menjadi saksi, siapa di antara tim “underdog” ini yang akan menuliskan babak paling manis dalam sejarah klub mereka. Para pecinta sepak bola di seluruh dunia pun akan menantikan dengan antusias, akhir dari kisah yang tak terduga ini. (JS)
